"HIMPUNAN PEDAGANG KAKI LIMA SINGAPARNA ( HPKLS ) TASIKMALAYA" "SERIKAT RAKYAT MISKIN INDONESIA ( SRMI ) TASIKMALAYA"

Senin, 30 Agustus 2010

Solidaritas HPKLS-SRMI terhadap Guru Honorer, Perjuangan dan Air Mata Guru Bangsa !!!

Posted by Pedagang kaki lima on Senin, Agustus 30, 2010 0 komentar


Menyanyikan Lagu Indonesia Raya, sebelum hearring di lakukan, di ruang Rapat DPRD Kab.Tasikmalaya


 Sdr.Agus Kusyawan ( kiri ) sekjen HPKLS , Kusyaman ( tengah ) ketua IGS , Nandang Abdul Ajiz ( ketua SRMI  Kab.Tasikmalaya , Ibu Yeyet ( sekertaris IGS )


 
Media Hpkls-srmi, 30 agustus 2010
Tasikmalaya.
 150 orang dari perwakilan guru – guru honorer yang tergabung dalam Ikatan Guru SUkarelawan ( IGS ) kerjasama dengan Serikat Rakyat miskin Indonesia ( SRMI ) cabang tasikmalaya, melakukan Hearring dengan anggota, ketua Komisi I dan wakil ketua DPRD kabupaten Tasikmalaya , pada hari senin tanggal 30 agustus 2010.
Sebelumnya antara ikatan Guru Sukarelawan ( IGS ) sudah menjalin komunikasi cukup intens dengan SRMI tasikmalaya, yang mana hubungan ini dimulai ketika perwakilan SRMI bertemu dalam sebuah konsolidasi organisasi – organisasi di kabupaten tasikmalaya , yang di laksanakan di daerah pinggir pantai cipatujah , sebuah kecamatan di ujung selatan kabupaten tasikmalaya pada awal bulan januari 2010.
Dalam pertemuan tersebut ada kesepakatan antara SRMI-HPKLS dan IGS untuk bersama – sama saling bahu-membahu dalam memperjuangkan persoalan rakyat dan khususnya perjuangan anggota IGS dalam rangka mendapatkan status sebagai pegawai negeri Sipil.
Dalam hearing ini, ketua SRMI Sdr Nandang Abdul Ajiz  di daulat untuk menjadi juru Bicara  sementara, anggota serta pengurus kecamatan-kecamatn langsung di wakili oleh ketua umum IGS yakni  Sdr Kusyaman , serta ibu Yeyet dan beberapa pengurus lainnya menjadi pendamping dari Jubir.
Kehadiran para guru honorer ini, tentunya sangat menarik, mengingat mayoritas pesertanya adalah para ibu – ibu yang telah mengabdi menjadi guru selama 20 tahun, mereka mengajar di pelosok – pelosok desa yang  jalan  rusak, serta jarak tempuh dari rumah ke sekolah bisa mencapai 5-10 KM.
 tidak ada kendaraan , mereka harus jalan, bahkan menurut ibu yeyet  sekertaris IGS, tak jarang para guru harus mengendong para muridnya untuk menyebrangi kali agar bisa sampai di lokasi sekolah, begitu juga jika terjadi hujan.
Diawali dengan iringan lagu Indonesia raya, kemudian jubir menyampaikan hal-hal yang menjadi persoalan yang dialami oleh para anggota IGS, ketua umum Sdr Kusyaman, menyampaikan bahwa persoalan guru honorer selama ini hanya di bayar Rp 3000,-/hari , padahal untuk mencapai lokasi sekolah tak jarang mereka harus naik ojek atau menunggu mobil pengangkut hasil tanaman untuk menumpang hingga bisa tiba tepat waktu disekolah untuk mengajar siswa-siswanya.
Selain itu menurut Kusyaman , para guru ini  sudah mengajar selama bertahun – tahun, artinya kewajiban para guru ini telah ditunaikan kepada bangsa dan masyarakat, bahkan ia menceritakan bagaimana ia setelah pulang mengajar sekolah harus menjadi tukang ojek, untuk bisa memenuhi kebutuhan keluarganya.
 Menurutnya sekarang saatnya Negara harus mengangkat martabat para guru, mengingat hampir setiap tahun mereka selalu dijanjikan oleh pemerintah pusat dan daerah akan di naikan statusnya menjadi CPNS.
Dalam hearing ini,  hadir juga beberapa dinas terkait seperti dinas kepegawaian , dan dinas pendidikan.
Beberapa jawaban yang diberikan oleh anggota dewan dan juga dinas – dinas terkait ternyata sangat tidak memuaskan. Karena selalu saja persoalan guru honorer di arahkan pada kebijakan pusat, selain itu daerah ternyata dibatasi dengan quota – quota terbatas.
Padahal menurut dinas pendidikan kabupaten tasikmalaya, saat ini mereka membutuhkan 6500 guru untuk dapat menanggulangi masalah pendidikan,namun kondisi kebijakan serta pendapatan daerah yang tidak memungkinkan untuk bisa mengangkat mereka menjadi pegawai negeri sipil. Sungguh sebuah jawaban yang sangat mengecewakan bagi para guru honorer tersebut. Bahkan akibat jawaban ini serta dengan kondisi kesabaran para guru, banyak peserta hearing yang mengeluarkan air mata.
Tidak ada solusi yang kongkret dalam hearing tersebut, namun upaya – upaya terus dilakukan , terutama desakan untuk meningkatkan tunjangan mengajar yang selama ini diberikan Rp 3000,-/ hari, selain itu bahwa pada tahun 2010, memang tidak ada pengangkatan guru honorer menjadi PNS, dan dinas Pendidikan bersama DPRD akan terus memperjuangkan mereka agar bisa di terima menjadi PNS pada tahun 2011.( DF )
Rakyat bersatu tak bisa di kalahkan !!!


0 Responses so far:

Leave a Reply